Setiap orang
pasti mengharapkan kesuksesan, namun banyak orang yang tidak dapat mengetahui
apa sebenarnya arti dari kesuksesan tersebut. Sukses adalah kemampuan dalam
menjalani hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan, melakukan apa yang paling
kita sukai dan nimati, dikelilingi oleh orang-orang yang kita senangi dan
cintai. Banyak orang yang menganggap bahwa sukses itu terjadi ketika memperoleh
sesuatu, misalnya naik jabatan, wisuda, atau penghormatan yang kita terima dan
lain sebagainya.
Sukses
tersebut bukanlah tujuan akhir dengan kualitas yang apa adanya serta
menghalakan segala cara untuk dapat mencapainya, akan tetapi sebagai suatu
proses panjang yang harus dilalui melalui setahap demi setahap, menit demi
menit, hari demi hari minggu demi minggu, bulan demi bulan dan seterusnya. Setiap
orang akan berbeda – beda dalam mengartikan kesuksesan.
Dan bagi
umat Islam, arti sukses yang sebenarnya telah ditulis di dalam al-Qur’an maupun
al-Hadits. QS 21:110: “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepadamu sebuah kitab
yang didalamnya terdapat sebab – sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada
memahaminya?” (QS 21:110).
Kemuliaan
yang tertera di dalam penggalan ayat al-Qur’an tersebut bisa diartikan sebagai
kesuksesan. QS 3:185: Tiap–tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya hanya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang
siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah
sukses. Kehidupan di dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan. Dari penggalan ayat
tersebut, jelas kita ditunjukkan bahwa kesuksesan adalah ketika nanti kita
telah mati dan dimasukkan ke dalam surga. Jadi, apapun pekerjaan kita hari ini,
jika nantinya kita masuk surga, itu berarti kita telah sukses. Namun, bagaimana
untuk sukses masuk surga?
Di dalam QS
2:214, Allah berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,
padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang–orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam–macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang–orang beriman bersamanya: Bilakah datang pertolongan Allah. Ingatlah
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Sekarang,
apakah kita sudah pantas mendapatkan pertolongan Allah? Saat ini, yang menjadi
pokok permasalahannya bukanlah pantas atau tidak pantas, namun apakah kita
telah melakukan segenap daya dan upaya untuk mendapatkan pertolongan-Nya?
Karena menurut Islam, siapa yang mau berjuang, maka dialah yang akan mendapat
pertolongan. Seperti halnya yang terdapat dalam QS 47:7 yang berarti: hai orang
– orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
Dalam agama
Islam, secara gamblang kita diperlihatkan bahwa jika Allah bersedia untuk
menolong, maka tidak akan ada perjuangan yang terlampau sulit atau terlalu
berat untuk dilakukan. Seperti yang
tertera dalam QS 3:160 yang artinya “Jika Allah menolong kamu, maka tak ada
orang yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allah membiarkan kamu (tidak
memberikan pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong
kamu(selain) Allah sesudah itu? Karena itu hendaknya kepada Allah saja orang –
orang mukmin bertawakal.
Dari
penggalan itu dapat kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kunci dari meraih
kesuksesan menurut Islam adalah tawakal. Tawakal di sii berarti kita diwajibkan
untuk menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah. Itu juga berarti kita harus
selalu menyerahkan segala macam urusan hanya dengan cara – cara Allah, bukan
yang lain. Untuk hasilnya nanti, segalanya terserah kepada Allah, kita sebagai
manusia hanya dapat berusaha.
Dari uraian
di atas, kita mendapatkan satu penjelasan yang sangat jelas bahwa di dalam
Islam, arti kesuksesan bukanlah berkenaan dengan materi. Islam tidak pernah
membeda – bedakan yang kaya dengan yang miskin. Alah juga tidak pernah melihat
dari keluarga mana kita berasal dan seberapa kaya diri kita. Yang akan
dijadikan tolok ukur dalam sukses menurut Islam adalah amal ibadah yang kita lakukan.
Meski secara sekilas terdengar mudah, namun dalam kenyataannya sulit untuk
dilakukan. Seringkali kita sebagai manusia hanya disibukkan dengan berbagai
urusan dunia tanpa memikirkan urusan akhirat.
Padahal,
jika kita mengerti, sebenarnya segala yang akan kita tuai nanti di akhirat
bermuara pada apa yang kita lakukan di dunia. Apa yang akan kita dapatkan nanti
setelah mati adalah buah dari apa yang telah kita perbuat selama hidup. Jika
Anda setuju dengan konsep ini maka mulai hari ini mari kita berusaha sebaik
mungkin untuk memperbanyak amal ibadah kita. Mari kita jadikan apa yang ada ada diri kita
saat ini sebagai anak tangga untuk menuju akhir yang abadi kelak di akhirat.
Selama kita masih diberikan nafas, maka belum terlambat untuk memperbaiki
semuanya. Selama kita masih hidup, maka masih ada kesempatan bagi kita untuk
menata dan mengkonsep ulang arti kesuksesan.
Kebanyakan
orang berpikir bahwa kesuksesan tersebut hanya dipandang dari besar kecilnya
materi yang dia miliki atau kepintaran apa yang dia punya untuk mencapai
sukses. Untuk menjadi sukses kita bisa mulai
dengan hal-hal kecil yang kita mampu lakukan. Saya akan memberikan sebuah illustrasi
yang sangat sering terjadi, Misalnya seseorang yang kurang pandai di bidang
tertentu saja , walaupun ia kurang menguasai suatu materi tertentu tetapi
setiap ujian di bidang yang dia kurang kuasai dia selalu percaya pada kemampuan
diri sendiri dan percaya pada Tuhan yang selalu memberikan terang dan ia akhirnya
lulus tetapi hanya mendapat nilai C dan ada seseorang yang mendapat nilai A
yang menjadikanya dia menjadi panutan dan banyak menerima pujian dri orang–orang
sekitarnya termasuk dosen tetapi dalam ujian dia telah berbuat bebrapa
kecurangan agar bisa menerima nilai A tersebut.
Pertanyaanya
apakah orang yg mendapat nilai A itu lebih sukses? Menurut pandangan saya
tidak, Mungkin anak yang mendaapat nilai A lebih sukses dri anak yang mendapat
C karena mendapat nilai yang lebih baik dan banyak mendapat pujian tetapi ia
hanya akan menerima kesuksesan dalam arti palsu, Arti kesuksesan yang
sebenarnya bias kita lihat dari orang yg mendapat nilai C dikarenakan telah
berusaha maksimal dengan kemampuan dirinya sendiri dan itu menjadikanya sebagai
orang yang sukses walaupun nilainya hanya C, tetapi kita bisa melihat proses
pembelajaranya setahap demi setahap untk mendapatkan nilai C tersebut. Saya pun
yakin mahasiswa yang mendapat nilai C tersebut akan lebih besar kemungkinan
mencapai kesuksesan yang sesungguhnya, karena mahasiswa yang mendapat nilai C tersebut
selalu percaya dengan kemampuannya sendiri, dan selalu berpegang teguh pada kuasa
Tuhan untk berbuat jujur dalam mengerjakan sesuatu, di dunia yang lebih luas
atau dunia kerja di masa yang akan datang kejujuran dan berpegang teguh menolak
godaan iblis akan lebih bisa diandalkan dari pada orang yang mengandalkan
segala cara untk mendapatkan sesuatu yang diinginkan bahkan cara yang salah
yang membohongi dirinya sendiri khususnya Tuhan.
Contoh lain
adalah para wakil rakyat yang korupsi, menerima suap dan mementingkan dirinya
sendiri dibanding kepentingan rakyat, Pertanyaannya apakah mereka tidak pintar
dan tidak sukses? Sepertinya tidak mungkin jika orang tidak berpendidikan dapat
menjadi wakil rakyat , dan mereka pun sukses karena bsa menjadi salah satu
orang penting di suatu negara dan dapat berguna dan bermanfaat bagi negara,
Tetapi menurut pandangan saya mereka itu hanya memiliki kesuksesan yang palsu,
apakah dengan cara korupsi itu dinamakan mereka telah sukses? Sukses itu adalah
proses kita setahap demi setahap untk berkembang dan dilandaskan dalam ketentuan
Allah, menurut saya dengan orang yang memiliki keterbatasan pun seperti buta, tuli
mereka lebih sukses dibandingkan pejabat daerah yang pintar yang memiliki gelar
kemampuan berpikir yang jauh lebih dari orang buta dan tuli. Persepsi apa yang
membuat saya dapat memberikan pernyataan demikian? Persepsi saya adalah orang
buta dan tuli tidak menginginkan bahwa mereka ingin diciptakan sebagai si bisu
si tuli si buta, mereka sudah diciptakan oleh Tuhan seperti itu tetapi
mereka ingin berusaha menjadi lebih baik, lebih bisa berguna bagi sesama,
contoh berusaha latihan berbicara sedikit demi sedikit walaupun mereka bisu,
proses yang bertahap itu yang dnamakan kesuksesan yang sesungguhnya. Itulah
pandangan saya mengenai kesuksesan yang sesungguhnya.
Sudah tentu,
dalam proses pencapaian kesuksesan tersebut banyak tantangan dan hambatan yang
mesti dilalui, misalnya penzoliman yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang terhadap kita dalam dunia kerja. Pertanyaan yang muncul, apakah anda
marah bila dikerjain? Ingin balas dendam? Mau menghukum sepuasnya? Setelah itu,
apa hasilnya untuk Anda? Tidak ada! Sama sekali tidak ada! Anda telah gagal
memanfaatkan peluang untuk meraih sukses dengan kesabaran. Bisa jadi suatu
sukses besar yang tak disangka-sangka. Beberapa
kiat yang harus kita tanamkan dalam diri kita sendiri dalam mencapai
kesuksesan tersebut.
a. Dengan
kesabaran dan Jiwa Besar.
Sudah dapat
dipastikan bahwa untuk menuju sukses itu tidak semudah mengucapkannya, kita
akan berhadapan dengan kerikil tajam yang akan menguji kesabaran kita dapat
proses menuju kesuksesan. Jadi intinya sabar merupakan faktor penting dalam
menggapai sukses. Pada saat anda kehilangan kesabaran untuk melihat semua
kondisi yang tidak menentu dalam hidup anda, maka anda akan berpotensi untuk
kehilangan kesempatan dalam meraih kesuksesan besar di masa depan.
Perasaan
sabar merupakan sikap terhebat bagi siapa saja yang akan meraih kesuksesan.
Sebab, jalan menuju sukses penuh dengan kerikil-kerikil tajam yang akan menguji
ketangguhan sikap sabar anda. Ketika anda merasa harga diri diinjak-injak oleh
perkataan emosional orang lain, maka saat itulah anda sedang diuji kehebatan
dari sikap sabar anda. Anda yang menancabkan sabar pasti akan meraih sukses,
sebab disaat anda sabar dalam menghadapi kondisi tersebut maka akan anda akan
lebih tenang dan dapat mengendalikan semua emosional untuk mencapai kemenangan
dan rasa damai dalam hati anda.
Anda yang
sabar akan memiliki sifat tulus dan ikhlas dalam terhadap semua interaksi Anda
dengan semua orang, tanpa melihat perbedaan. Sikap sabar memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap sebuah hubungan yang hebat. Semakin sempurna sikap sabar
Anda, semakin hebat kualitas hubungan yang bisa Anda bangun. Anda yang bijak
adalah Anda yang merawat sikap sabar Anda dengan kebijaksanaan hidup untuk
saling berbagi kebaikan. Tanpa memiliki sikap sabar Anda akan sangat mudah
stress oleh berbagai keadaan yang seolah-olah menekan hidup Anda. Sikap sabar
adalah perilaku yang hebat untuk mendapatkan jalan menuju kebahagiaan,
kedamaian, dan kenyamanan. Sikap sabar akan menghindarkan Anda dari perilaku
kekerasan. Sikap sabar anti terhadap perilaku negatif dan bersahabat dengan
perilaku positif.
Selain
sabar, anda juga harus berjiwa besar dalam menghadapi kesuksesan anda.
Kehidupan ini dalam segala lini, pasti mempunyai dinamika yang sering
menghadapkan kita kepada hal-hal yang tidak diinginkan. Semisal, perlakukan
yang tidak lazim dari tempat anda bekerja baik itu yang datang dari pegawai
lain maupun atasan anda sendiri.
Biasanya
dalam kondisi seperti itu anda akan mengalami tingkat kekecewaan mulai dari
yang ringan sampai kepada yang amat berat. Dengan kondisi ini tidak sedikit
orang yang mencoba untuk melahirkan
komunitas baru yaitu komunitas barisan sakit hati dengan berbagai cerita
masing-masing. Bagi orang yang tidak mampu mengendalikan emosinya, maka akan
berakhir dengan sangat tragis semisal pemberhentian, stamina dan kesehatan
terus mengalami penurunan, simpanan terkuras habis untuk berobat dan ekonominya
jadi terpuruk.
Ada juga
orang yang mengalami hal yang tidak lazim seperti dizolimi yang terdorong untuk
segera membalas, untuk saling menyakit, yang akhirnya berbuntut permusuhan. Seperti
anak kecil tanpa kesabaran. Anda akan bersikeras, “Apanya
yang salah? Itu kan hak saya.”
Betul kawan,
itu hak Anda untuk membalas. Tapi bukan topik pembalasan dan hak balas
menghukum yang sedang kita diskusikan di sini. Saya ajak Anda semua bicara
tentang salah satu kunci sukses melalui pintu-pintu kesabaran, jiwa besar, dan
memaafkan. Pengalaman hidup saya pribadi banyak belajar dari kisah-kisah sukses
dengan mengembangkan sikap sabar ketika dikerjain, dizalimi, dikhianati,
dll. Saya belajar dari orang-orang besar yang semuanya punya jiwa besar.
Semuanya punya kesabaran yang sangat besar. Tancapkanlah sikap sabar, jiwa
besar dan memaafkan dalam diri anda agar kesuksesan itu dapat anda raih dengan
penuh kenikmatan.
b. Mau
Nyingkirin Orang Malah Tersingkir Sendiri
Dalam hidup
ini, tidak semua orang mau mengerti keadaanmu. Ada saja orang-orang yang
memandang rendah terhadapmu. Orang-orang dengan pandangan seperti ini membuatmu
akan merasa tidak berharga di depannya. Kamu sama sekali tidakpunya nilai
apapun saat berhadapan dengan orang-orang yang merendahkanmu. Diremehkan memang
merupakan pengalaman yang bikin sakit hati. Meski begitu tidak perlu dipikirkan
dan dimasukan ke dalam hati. Anggap hinaan dari orang-orang yang
meremehkanmu sebagai “bahan bakar” untuk memotivasi diri dan melakukan sesuatu
yang lebih hebat lagi.
Suatu saat
saya berkali-kali dikerjain oleh salah satu Direktur Keuangan di kantor yang
sengaja bikin saya tidak betah agar saya mengundurkan diri. Dia selalu melengos
kalo melihat saya. Saya dibuatnya resah, tapi saya tidak peduli. Saya tetap
bekerja dengan sebaik-baiknya, menyapanya dengan sopan seolah tidak ada
masalah. Saya yakin ulahnya itu akan mendorongnya untuk melakukan kesalahan lebih
besar. Suatu kesalahan yang fatal. Dan hal itu terbukti.
Setelah satu
tahun kenyang ngerjain saya, tiba-tiba dia tersandung kasus. Kebetulan saya
ditugasi big boss untuk mengusut. Habislah karier dia karena hasil pengusutan
saya tak bisa dia pungkiri. Dia yang tadinya jadi anak emas big boss akhirnya
disingkirkan dengan kurang terhormat. Saya dapat promosi jabatan, Justru
setelah dikerjain supaya tersingkir. Sejak itu dia berusaha baikan dengan saya,
padahal saya tetap seperti kemarin-kemarin: selalu menyapa dan beri hormat
sepantasnya seolah kami tak pernah ada masalah.
c. Mencuri
Karya Cipta Berbuntut Tercuri Masa Depan
Berikut ini
alkisah yang penulis ambil: Berkisar sepuluh tahun yang lalu. Hasil karya cipta
saya dicuri kawan sejawat yang mengisi posisi jabatan yang saya tinggalkan
karena undur diri. Software system yang saya buat sendiri sejak awal 1991 dia
poles sedikit dengan ganti warna tampilan di layar lalu diakui sebagai karya
asli si dia. Saksi-saksi ratusan orang di kantornya ngedumel dan mengutuk
ulahnya.
Saya tahu
dan saya marah, tapi saya diamkan. Saya sering ketemu dan bertegur sapa seolah
tak ada masalah. Saya yakin ulahnya akan berbuntut kepada kesalahan yang lebih
fatal. Dan hal itu kembali terbukti. Si dia nekad menjual software tersebut
untuk dirinya sendiri, seakan karya ciptaannya. Kebetulan si calon pembeli
adalah kawan lama saya yang tahu persis bahwa software tersebut buatan saya.
Kawan lama tersebut jadi ingat kepada saya dan mencari tahu keberadaan saya.
Begitu ketemu, saya dikontrak untuk update software dengan nilai tinggi.
Alhamdulillah, pas lagi sepi order… datang rejeki tak terduga. Pas lagi
terpuruk… datang kabar gembira. Dapur kembali ngebul. Justru setelah dikerjain.
Bulan
berikutnya, si dia di-PHK dengan tidak hormat karena ketahuan menggelapkan uang
kantor dan main mark-up dengan supplier. Tak lama kemudian terjadi pergantian
direksi. Kebetulan big bossnya adalah kawan seperjuangan saya dulu. Saya pun
dipanggil kembali untuk update software. Kedatangan saya disambut meriah oleh
karyawan bak pahlawan pulang dari perang. Sungguh mengharukan.
Tak
disangka, saya akan kembali berdinas di kantor lama… padahal sudah
di-black-list selama 5 tahun dengan tuduhan macam-macam tanpa minta penjelasan
dari saya. Come back-nya saya sekaligus menghapus semua fitnah. Salah satu
kawan sejawat bilang, “Yang hak
dan yang bathil akhirnya ketahuan juga.”
Puji syukur
Tuhan, saya yang sedang berjuang memperbaiki reputasi dan nama baik akhirnya
tercapai dengan cespleng. Justru setelah dikerjain.
Jadi khimah
yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah, jangan sekali-kali kita
mengambil yang bukan hak kita, termasuk dalam hal ini adalah ide atau gagasan.
mari kita ciptakan kreasi dan inovasi kita sendiri baik dalam lingkungan kerja
maupun masyarakat.
d. Orang-orang
Besar, Orang-orang Sabar
Pernahkah anda melihat seseorang yang sedang marah?
Bagaimanakah ekspresinya? Seseorang yang sedang marah bagaikan kobaran api yang
menyala. Mukanya memerah, nafasnya tak teratur, matanya melotot, dan tentu
emosinya tak terkontrol. Tahukah anda seseorang yang begitu mulia akhlaknya
yang selalu terlihat sabar, bersikap tenang dan selalu memaafkan serta berbuat
dengan lemah lembut kepada seseorang yang memancing nafsunya untuk marah? Ya.
Beliau adalah Nabi Muhammad SAW kekasih Allah. Sungguh begitu indah akhlaknya,
sungguh oke tingkat kecerdasan emosionalnya.
Adakah seseorang
sekarang ini yang bersifat layaknya beliau? Kita semua harus berusaha
meneladani semua sifat beliau. Beliau tak pernah membalas jika ada seseorang
yang punya rasa marah datang mencaci beliau. Malah berlaku sebaliknya, beliau
memuliakannya. Sungguh luar biasa!
Ketika seseorang marah dirinya sedang dikuasai oleh iblis yang sedang merasuk dan siap untuk menghancurkan segalanya. Rasulullah pernah bersabda, "Bukanlah orang kuat yang mampu memenangkan dalam setiap pertarungan melainkan orang yang dapat menahan amarahnya". Disini beliau menghimbau betapa pentingnya sifat menahan marah dan itulah sekuat-kuatnya manusia.
Ketika seseorang marah dirinya sedang dikuasai oleh iblis yang sedang merasuk dan siap untuk menghancurkan segalanya. Rasulullah pernah bersabda, "Bukanlah orang kuat yang mampu memenangkan dalam setiap pertarungan melainkan orang yang dapat menahan amarahnya". Disini beliau menghimbau betapa pentingnya sifat menahan marah dan itulah sekuat-kuatnya manusia.
Sifat marah itu sangat tidak baik dan itu menunjukan
pribadi yang lemah dan tidak berkarisma. Akankah ada orang yang suka seseorang
yang bersifat tempramen dan mudah marah? Akankah ada orang yang senang bergaul
dengan orang yang selalu tersinggung apabila ada sedikit saja perkataan yang
salah? Tentu tidak ada bukan?Jika kita ingin dikagumi banyak orang, jika kita
ingin orang lain nyaman dengan kita, jika kita ingin menjalin hubungan yang
sangat erat dengan orang lain maka hindarilah sikap pemarah. Milikilah pribadi
yang sabar dan tenang dalam menghadapi tiap persoalan yang ada.
Ada sebuah peribahasa "Jadilah seperti pohon mangga yang jika
dilempari dengan batu tapi membalas dengan buah". Subhanallah
begitu mulianya sifat sabar dan tenang itu.
Sabar
merupakan kemampuan mengendalikan diri yang memiliki nilai tinggi dan
mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya. Bahkan, orang yang memiliki
kesabaran yang tinggi, ia semakin kokoh dalam menghadapi segala macam masalah
yang terjadi dalam kehidupan.
Ulama-ulama
besar banyak sependapat bahwa kalau diibaratkan iman adalah tubuh maka sabar
adalah kepala. Umat Islam tentu ingat bagaimana Rasulullah pernah saben hari
diludahi dari loteng oleh seorang warga bila beliau jalan menuju masjid. Beliau
tidak membalas. Dan akhirnya si peludah masuk Islam dan jadi umat yang shaleh.
Bangsa Indonesia tak lupa sejarah Bung Karno yang dipenjara kesana-kemari. Hal
itu dilaluinya dengan sabar, lalu jadi orang besar kelas dunia. Begitu juga
Nelson Mandela dari Afrika Selatan yang dengan sabar berjuang meski di penjara
selama 25 thn.
e. Doakan
yang Baik-Baik Kepada yang Menzailimi
Terzalimi,
rasa sakit hati, tidak menerima atas perlakukan orang lain terhadap kita,
tidaklah perlu dijadikan sebagai beban hati yang begitu mendalam. Kita harus
bersyukur dan berterima kasih terhadap orang yang telah menzalimi kita itu,
karena inilah waktunya kita untuk menyampaikan keluh kesah serta harapan kita
kepada Allah.
Saat kita
terzalimi, janganlah berdoa untuk meminta satu kejahatan atau dosa sebagai
balasan atas rasa sakit hati. Tidak dapat kita pungkiri ada sebagian orang,
adat, atau kebiasaan orang di saat susah dan dilanda amarah mereka akan berdoa
untuk kecelakaan/ kemudaratan dirinya sendiri atau bagi orang lain yang telah
melukai perasaannya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah swt dalam firmannya:
Dan manusia berdoa untuk
kejahatan sebagaimana dia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat
tergesa-gesa. ( Al-Isra ayat (17) : 11)
Imam
Al-Qurthubi berkata ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Abbas juga yang lainnya
berkata, Itu adalah permohonan kemudaratan seorang laki-laki untuk dirinya
sendiri atau anaknya ketika marah yang tidak pantas dikabulkan. Misalnya dia
berkata : Ya Allah, binasakan dia, atau dengan kalimat lain. (Tafsir Al-Qurthubi
: X/225.
Alangkah
sangat baik, jika ketika kita sedang merasa terzalimi akan seseorang atau
sesuatu hal, kemudian kita berdoa pada Allah. Menyampaikan semua yang kita
rasakan, dan memohon ampunan atas orang lain yang menzalimi kita. Berdoalah
pada-Nya dengan sepenuh hati dalam setiap salat kita. Doaka kebaikan atas diri
kita sendiri, mulai dari kebaikan kehidupan kedepannya, kebaikan bersikap,
kebaikan rezeki, kebaikan kesehatan, dan apapun itu. Dan ingat, janganlah
sedikit pun membalas perlakuan orang yang telah menzalimi kita dengan doa yang
buruk atas dirinya.
Dari Jabir
bin Abdullah, Rasulullah bersabda: Janganlah kalian berdoa atas (mencelakai) diri
kalian, jangan pula kalian berdoa atas(mencelakai) anak-anak kalian, jangan lah
pula berdoa atas (mencelakai) pembantu-pembantu kalian, jangan pula berdoa
atas(mencelakai )harta-harta kalian, barangkali ketika kalian berdoa itu
bertepatan dengan saat mustajab, maka pastilah kalian akan diperkenankan. (HR.
Abu Dawud)
Bukankah
salah satu doa yang langsung diijabahkan Allah adalah doa-doa orang yang
terzhalimi? Jadi, mengapa membuang waktu dan kesempatan dengan mendoakan
keburukan atas orang lain, jika ini merupakan kesempatan kita berdoa yang Allah
sendiri berjanji untuk mengabulkannya. Maka, bersyukurlah jika kita pernah atau
mungkin saat ini sedang terzalimi.
Rasulullah,
pada contoh kisah di atas, tidak ada upaya balas meludahi. Beliau justru
rajin mendoakan agar si peludah beserta anak keturunannya menjadi warga yang
saleh dan terhormat. Bahkan beliau datang menjenguk ketika si peludah jatuh
sakit. Beliau tidak mendoakannya agar celaka dan dihukum berat karena kurang
ajar kepada nabi utusan Allah.
Beliau
adalah orang besar dengan jiwa besar. Bukan politisi dan selebriti berjiwa
kerdil: yang sedikit dicolek aja lalu membawa perkara ke pengadilan dengan
dalil perbuatan yang tidak menyenangkanlah… dalil pencemaran nama baiklah…
cengeng amat!
Dr. Aidh
Al Qarni, pengarang La Tahzan yang
populer itu, mengatakan bahwa perkara besar itu urusan kecil di mata orang yang
berjiwa besar, dan perkara kecil itu urusan besar di mata orang yang berjiwa
kerdil. Kita tahu bahwa kalau mau tiap hari ada saja hal-hal yang bisa
diperkarakan. Kalau kita kebanjiran perkara tiada henti… lalu kapan hidup
bahagia dan mencetak prestasi? Lalu kapan bisa menikmati hidup ini?
Sekali
lagi…saya mengajak Anda untuk meningkatkan kesabaran, khususnya bagi Anda yang
berjuang mengubah nasib, seperti yang pernah saya alami dulu, saat meniti karir
dari nol besar jadi Office Boy tahun 1983. Jangan tergoda untuk membalas jika
disakiti. Kita hanya perlu beri peringatan kepada yang menzalimi. Kalo dia curi
ayam dari rumah Anda, apakah Anda balas curi ayamnya juga?
Saya ingatkan
bahwa yang wajib kita penuhi adalah tanggung jawab kita. Sedangkan hak-hak kita
tidak wajib diambil semua pada setiap saat. Bila perlu, disedekahkan kepada
yang lain. Kesabaran diuji ketika hak-hak kita diambil orang. Dan jika kita
mampu bertahan dengan kesabaran sambil terus mencetak prestasi dengan moralitas
yang baik maka semua hak dan kemulian akan datang sendiri. Bahkan dengan cerita
sukses yang jauh lebih dahsyat dari perkiraan kita.
f. Memaafkan
dan Tuhan Mengampunimu
Memang betul
memaafkan tidaklah semudah mengatakannya. Ketika orang lain menyakiti kita
dengan perkataan atau perbuatannya, luka dalam hati kita tidak dapat sembuh
begitu saja. Semakin dalam luka yang ditimbulkannya, semakin sulit memaafkan
orang yang menyebabkannya. Namun tahukah Anda bahwa memaafkan adalah pintu kebahagiaan kita?
Saat kita
menyimpan kemarahan terhadap orang lain, disadari atau tidak, rasa marah itu
sedikit demi sedikit menggerogoti hati kita, memperdalam luka dan membebani
kita dengan perasaan negatif terus-menerus. Padahal, orang yang menyakiti kita
belum tentu mengingat kesalahan yang telah ia perbuat kepada kita atau
merasakan penderitaan yang sama.
Menurut Dr.
Frederic Luskin dalam bukunya “Forgive for
Good”, memaafkan memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran,
seperti percaya diri dan harapan serta mengurangi beban kemarahan, stres, dan
penderitaan yang disebabkan olehnya. Secara fisik, kemarahan yang terpendam
lama juga menyebabkan suhu tubuh meningkat dan mempersulit kita berpikir
jernih. Belum lagi gangguan-gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, stroke dan lain sebagainya.
Doa orang
yang terzalimi dekat dengan dikabulkan oleh Allah. Kita pun memiliki hak untuk
membalas orang yang menzalimi kita sesuai apa yang dilakukannya terhadap kita.
Namun, sesungguhnya lebih banyak ketenangan dan kemuliaan bagi kita ketika kita
mau memaafkan. Memaafkan dengan tulus, lebih dari sekedar kata-kata, memang
seringkali terasa sangat berat, tapi kalau kita berhasil melakukannya, ia akan
menyembuhkan kita, secara fisik dan jiwa. Hati kita akan terasa lebih ringan
dan bahagia. Kita tidak lagi membawa-bawa perasaan negatif atau membiarkan
kezaliman orang lain merusak kebahagiaan kita. Allah pun akan melimpahkan
rahmat dan cinta-Nya serta mengangkat derajat kita.
Dalam Al-Qur’an dan hadis disebutkan:
Dan jika
kamu melakukan pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan kepadamu.
Tetapi jika kamu bersabar, maka kesabaranmu itu lebih baik bagimu. Dan
hendaklah kamu tabahkan hatimu, dan hendaklah ketabahan hatimu itu karena
berpegang kepada Allah. Jangan pula kamu bersedih hati terhadap perbuatan
mereka. Jangan pula kamu bersesak dada terhadap apa yang mereka rencanakan. (QS An Nahl : 126-127).
Jika kamu
melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu
kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (QS. An-Nisa: 149).
Rasulullah
saw. bersabda, “Maukah aku ceritakan kepadamu tentang sesuatu yang menyebabkan
Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu?” Para sahabat menjawab,
“Tentu.” Rasul bersabda, “Kamu bersikap sabar (hilm) kepada orang yang
membencimu, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, memberi kepada orang
yang memusuhimu, dan menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim
denganmu.” (HR. Thabrani).
Bersabda
Rasulullah saw.: “Ada tiga hal yang jika dimiliki seseorang, ia akan
mendapatkan pemeliharaan dari Allah, akan dipenuhi dengan rahmat-Nya, dan Allah
akan senantiasa memasukkannya dalam lingkungan hamba yang mendapatkan
cinta-Nya, yaitu (1) seseorang yang selalu bersyukur manakala mendapat nikmat
dari-Nya, (2) seseorang yang mampu meluapkan amarahnya tetapi mampu memberi
maaf atas kesalahan orang, (3) seseorang yang apabila sedang marah, dia
menghentikan marahnya.” (HR.
Hakim).
Memaafkan
tidak harus berarti melupakan, mengabaikan, atau membenarkan perbuatan orang
lain yang menzalimi kita. Hanya saja, kita melepaskan perasaan negatif
berkaitan dengan perbuatan tersebut, sehingga perbuatan itu tidak lagi melukai
kita ketika kita mengingatnya. Allah swt. Maha Adil, segala kezaliman yang
menimpa diri kita pasti akan mendapat balasan tanpa luput sedikit pun.
Menyimpan dendam dan amarah hanya merugikan diri kita sendiri. Biarkan orang
itu bertanggung jawab atas perbuatannya, baik di dunia maupun di akhirat, tanpa
menyedot kebahagiaan kita atau merendahkan diri kita menjadi setara dengannya.
Dan balasan
suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan
berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang zalim. (QS.
Ash-Shura: 40).
Katakanlah
kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang
tiada takut hari-hari Allah, karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa
yang telah mereka kerjakan. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu
adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka
itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (QS. Al-Jatsiyah: 14-15).
Jika pintu
maaf terbuka lebar di dalam hati kita maka pintu ampunan dari Allah Yang Maha
Besar terbuka lebih besar dan lebih luas lagi. Memaafkan kesalahan orang lain
yang membawa kesejukan itu pada akhirnya akan sangat menyejukkan hati si
pemaaf, sekaligus membawa berkah dan rejeki lahir batin yang melimpah ruah dan
dari arah yang tak disangka-sangka sebagai ganjaran dari Allah SWT Yang Maha
Pengasih Dan Maha Pemurah.
Hanya orang-orang sabar yang punya pintu maaf yang
besar. Dan hanya orang besar yang tahu pentingnya sabar dan maaf. Saya sedang
belajar seperti itu… Semoga bermanfaat.
EmoticonEmoticon