Senin, 13 Mei 2019

Jalan berliku menuju sukses


Setiap orang pasti mengharapkan kesuksesan, namun banyak orang yang tidak dapat mengetahui apa sebenarnya arti dari kesuksesan tersebut. Sukses adalah kemampuan dalam menjalani hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan, melakukan apa yang paling kita sukai dan nimati, dikelilingi oleh orang-orang yang kita senangi dan cintai. Banyak orang yang menganggap bahwa sukses itu terjadi ketika memperoleh sesuatu, misalnya naik jabatan, wisuda, atau penghormatan yang kita terima dan lain sebagainya.

Sukses tersebut bukanlah tujuan akhir dengan kualitas yang apa adanya serta menghalakan segala cara untuk dapat mencapainya, akan tetapi sebagai suatu proses panjang yang harus dilalui melalui setahap demi setahap, menit demi menit, hari demi hari minggu demi minggu, bulan demi bulan dan seterusnya. Setiap orang akan berbeda – beda dalam mengartikan kesuksesan.

Dan bagi umat Islam, arti sukses yang sebenarnya telah ditulis di dalam al-Qur’an maupun al-Hadits. QS 21:110: “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepadamu sebuah kitab yang didalamnya terdapat sebab – sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?” (QS 21:110).

Kemuliaan yang tertera di dalam penggalan ayat al-Qur’an tersebut bisa diartikan sebagai kesuksesan. QS 3:185: Tiap–tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya hanya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah sukses. Kehidupan di dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.  Dari penggalan ayat tersebut, jelas kita ditunjukkan bahwa kesuksesan adalah ketika nanti kita telah mati dan dimasukkan ke dalam surga. Jadi, apapun pekerjaan kita hari ini, jika nantinya kita masuk surga, itu berarti kita telah sukses. Namun, bagaimana untuk sukses masuk surga?

Di dalam QS 2:214, Allah berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang–orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam–macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang–orang beriman bersamanya: Bilakah datang pertolongan Allah. Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

Sekarang, apakah kita sudah pantas mendapatkan pertolongan Allah? Saat ini, yang menjadi pokok permasalahannya bukanlah pantas atau tidak pantas, namun apakah kita telah melakukan segenap daya dan upaya untuk mendapatkan pertolongan-Nya? Karena menurut Islam, siapa yang mau berjuang, maka dialah yang akan mendapat pertolongan. Seperti halnya yang terdapat dalam QS 47:7 yang berarti: hai orang – orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Dalam agama Islam, secara gamblang kita diperlihatkan bahwa jika Allah bersedia untuk menolong, maka tidak akan ada perjuangan yang terlampau sulit atau terlalu berat untuk dilakukan.  Seperti yang tertera dalam QS 3:160 yang artinya “Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu(selain) Allah sesudah itu? Karena itu hendaknya kepada Allah saja orang – orang mukmin bertawakal.

Dari penggalan itu dapat kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kunci dari meraih kesuksesan menurut Islam adalah tawakal. Tawakal di sii berarti kita diwajibkan untuk menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah. Itu juga berarti kita harus selalu menyerahkan segala macam urusan hanya dengan cara – cara Allah, bukan yang lain. Untuk hasilnya nanti, segalanya terserah kepada Allah, kita sebagai manusia hanya dapat berusaha.

Dari uraian di atas, kita mendapatkan satu penjelasan yang sangat jelas bahwa di dalam Islam, arti kesuksesan bukanlah berkenaan dengan materi. Islam tidak pernah membeda – bedakan yang kaya dengan yang miskin. Alah juga tidak pernah melihat dari keluarga mana kita berasal dan seberapa kaya diri kita. Yang akan dijadikan tolok ukur dalam sukses menurut Islam adalah amal ibadah yang kita lakukan. Meski secara sekilas terdengar mudah, namun dalam kenyataannya sulit untuk dilakukan. Seringkali kita sebagai manusia hanya disibukkan dengan berbagai urusan dunia tanpa memikirkan urusan akhirat.  

Padahal, jika kita mengerti, sebenarnya segala yang akan kita tuai nanti di akhirat bermuara pada apa yang kita lakukan di dunia. Apa yang akan kita dapatkan nanti setelah mati adalah buah dari apa yang telah kita perbuat selama hidup. Jika Anda setuju dengan konsep ini maka mulai hari ini mari kita berusaha sebaik mungkin untuk memperbanyak amal ibadah kita.  Mari kita jadikan apa yang ada ada diri kita saat ini sebagai anak tangga untuk menuju akhir yang abadi kelak di akhirat. Selama kita masih diberikan nafas, maka belum terlambat untuk memperbaiki semuanya. Selama kita masih hidup, maka masih ada kesempatan bagi kita untuk menata dan mengkonsep ulang arti kesuksesan.

Kebanyakan orang berpikir bahwa kesuksesan tersebut hanya dipandang dari besar kecilnya materi yang dia miliki atau kepintaran apa yang dia punya untuk mencapai sukses.  Untuk menjadi sukses kita bisa mulai dengan hal-hal kecil yang kita mampu lakukan. Saya akan memberikan sebuah illustrasi yang sangat sering terjadi, Misalnya seseorang yang kurang pandai di bidang tertentu saja , walaupun ia kurang menguasai suatu materi tertentu tetapi setiap ujian di bidang yang dia kurang kuasai dia selalu percaya pada kemampuan diri sendiri dan percaya pada Tuhan yang selalu memberikan terang dan ia akhirnya lulus tetapi hanya mendapat nilai C dan ada seseorang yang mendapat nilai A yang menjadikanya dia menjadi panutan dan banyak menerima pujian dri orang–orang sekitarnya termasuk dosen tetapi dalam ujian dia telah berbuat bebrapa kecurangan agar  bisa  menerima nilai A tersebut.

Pertanyaanya apakah orang yg mendapat nilai A itu lebih sukses? Menurut pandangan saya tidak, Mungkin anak yang mendaapat nilai A lebih sukses dri anak yang mendapat C karena mendapat nilai yang lebih baik dan banyak mendapat pujian tetapi ia hanya akan menerima kesuksesan dalam arti palsu, Arti kesuksesan yang sebenarnya bias kita lihat dari orang yg mendapat nilai C dikarenakan telah berusaha maksimal dengan kemampuan dirinya sendiri dan itu menjadikanya sebagai orang yang sukses walaupun nilainya hanya C, tetapi kita bisa melihat proses pembelajaranya setahap demi setahap untk mendapatkan nilai C tersebut. Saya pun yakin mahasiswa yang mendapat nilai C tersebut akan lebih besar kemungkinan mencapai kesuksesan yang sesungguhnya, karena mahasiswa yang mendapat nilai C tersebut selalu percaya dengan kemampuannya sendiri, dan selalu berpegang teguh pada kuasa Tuhan untk berbuat jujur dalam mengerjakan sesuatu, di dunia yang lebih luas atau dunia kerja di masa yang akan datang kejujuran dan berpegang teguh menolak godaan iblis akan lebih bisa diandalkan dari pada orang yang mengandalkan segala cara untk mendapatkan sesuatu yang diinginkan bahkan cara yang salah yang membohongi dirinya sendiri khususnya Tuhan.

Contoh lain adalah para wakil rakyat yang korupsi, menerima suap dan mementingkan dirinya sendiri dibanding kepentingan rakyat, Pertanyaannya apakah mereka tidak pintar dan tidak sukses? Sepertinya tidak mungkin jika orang tidak berpendidikan dapat menjadi wakil rakyat , dan mereka pun sukses karena bsa menjadi salah satu orang penting di suatu negara dan dapat berguna dan bermanfaat bagi negara, Tetapi menurut pandangan saya mereka itu hanya memiliki kesuksesan yang palsu, apakah dengan cara korupsi itu dinamakan mereka telah sukses? Sukses itu adalah proses kita setahap demi setahap untk berkembang dan dilandaskan dalam ketentuan Allah, menurut saya dengan orang yang memiliki keterbatasan pun seperti buta, tuli mereka lebih sukses dibandingkan pejabat daerah yang pintar yang memiliki gelar kemampuan berpikir yang jauh lebih dari orang buta dan tuli. Persepsi apa yang membuat saya dapat memberikan pernyataan demikian? Persepsi saya adalah orang buta dan tuli tidak menginginkan bahwa mereka ingin diciptakan sebagai si bisu si tuli si buta, mereka sudah diciptakan oleh Tuhan seperti itu  tetapi mereka ingin berusaha menjadi lebih baik, lebih bisa berguna bagi sesama, contoh berusaha latihan berbicara sedikit demi sedikit walaupun mereka bisu, proses yang bertahap itu yang dnamakan kesuksesan yang sesungguhnya. Itulah pandangan saya mengenai kesuksesan yang sesungguhnya.

Sudah tentu, dalam proses pencapaian kesuksesan tersebut banyak tantangan dan hambatan yang mesti dilalui, misalnya penzoliman yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap kita dalam dunia kerja. Pertanyaan yang muncul, apakah anda marah bila dikerjain? Ingin balas dendam? Mau menghukum sepuasnya? Setelah itu, apa hasilnya untuk Anda? Tidak ada! Sama sekali tidak ada! Anda telah gagal memanfaatkan peluang untuk meraih sukses dengan kesabaran. Bisa jadi suatu sukses besar yang tak disangka-sangka. Beberapa  kiat yang harus kita tanamkan dalam diri kita sendiri dalam mencapai kesuksesan tersebut.

a. Dengan kesabaran dan Jiwa Besar.

Sudah dapat dipastikan bahwa untuk menuju sukses itu tidak semudah mengucapkannya, kita akan berhadapan dengan kerikil tajam yang akan menguji kesabaran kita dapat proses menuju kesuksesan. Jadi intinya sabar merupakan faktor penting dalam menggapai sukses. Pada saat anda kehilangan kesabaran untuk melihat semua kondisi yang tidak menentu dalam hidup anda, maka anda akan berpotensi untuk kehilangan kesempatan dalam meraih kesuksesan besar di masa depan.

Perasaan sabar merupakan sikap terhebat bagi siapa saja yang akan meraih kesuksesan. Sebab, jalan menuju sukses penuh dengan kerikil-kerikil tajam yang akan menguji ketangguhan sikap sabar anda. Ketika anda merasa harga diri diinjak-injak oleh perkataan emosional orang lain, maka saat itulah anda sedang diuji kehebatan dari sikap sabar anda. Anda yang menancabkan sabar pasti akan meraih sukses, sebab disaat anda sabar dalam menghadapi kondisi tersebut maka akan anda akan lebih tenang dan dapat mengendalikan semua emosional untuk mencapai kemenangan dan rasa damai dalam hati anda.

Anda yang sabar akan memiliki sifat tulus dan ikhlas dalam terhadap semua interaksi Anda dengan semua orang, tanpa melihat perbedaan. Sikap sabar memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sebuah hubungan yang hebat. Semakin sempurna sikap sabar Anda, semakin hebat kualitas hubungan yang bisa Anda bangun. Anda yang bijak adalah Anda yang merawat sikap sabar Anda dengan kebijaksanaan hidup untuk saling berbagi kebaikan. Tanpa memiliki sikap sabar Anda akan sangat mudah stress oleh berbagai keadaan yang seolah-olah menekan hidup Anda. Sikap sabar adalah perilaku yang hebat untuk mendapatkan jalan menuju kebahagiaan, kedamaian, dan kenyamanan. Sikap sabar akan menghindarkan Anda dari perilaku kekerasan. Sikap sabar anti terhadap perilaku negatif dan bersahabat dengan perilaku positif.

Selain sabar, anda juga harus berjiwa besar dalam menghadapi kesuksesan anda. Kehidupan ini dalam segala lini, pasti mempunyai dinamika yang sering menghadapkan kita kepada hal-hal yang tidak diinginkan. Semisal, perlakukan yang tidak lazim dari tempat anda bekerja baik itu yang datang dari pegawai lain maupun atasan anda sendiri.

Biasanya dalam kondisi seperti itu anda akan mengalami tingkat kekecewaan mulai dari yang ringan sampai kepada yang amat berat. Dengan kondisi ini tidak sedikit orang yang mencoba untuk melahirkan  komunitas baru yaitu komunitas barisan sakit hati dengan berbagai cerita masing-masing. Bagi orang yang tidak mampu mengendalikan emosinya, maka akan berakhir dengan sangat tragis semisal pemberhentian, stamina dan kesehatan terus mengalami penurunan, simpanan terkuras habis untuk berobat dan ekonominya jadi terpuruk.

Ada juga orang yang mengalami hal yang tidak lazim seperti dizolimi yang terdorong untuk segera membalas, untuk saling menyakit,  yang akhirnya berbuntut permusuhan. Seperti anak kecil tanpa kesabaran. Anda akan bersikeras, “Apanya yang salah? Itu kan hak saya.”

Betul kawan, itu hak Anda untuk membalas. Tapi bukan topik pembalasan dan hak balas menghukum yang sedang kita diskusikan di sini. Saya ajak Anda semua bicara tentang salah satu kunci sukses melalui pintu-pintu kesabaran, jiwa besar, dan memaafkan. Pengalaman hidup saya pribadi banyak belajar dari kisah-kisah sukses dengan mengembangkan sikap sabar ketika dikerjain, dizalimi, dikhianati, dll.  Saya belajar dari orang-orang besar yang semuanya punya jiwa besar. Semuanya punya kesabaran yang sangat besar. Tancapkanlah sikap sabar, jiwa besar dan memaafkan dalam diri anda agar kesuksesan itu dapat anda raih dengan penuh kenikmatan.

b. Mau Nyingkirin Orang Malah Tersingkir Sendiri

Dalam hidup ini, tidak semua orang mau mengerti keadaanmu. Ada saja orang-orang yang memandang rendah terhadapmu. Orang-orang dengan pandangan seperti ini membuatmu akan merasa tidak berharga di depannya. Kamu sama sekali tidakpunya nilai apapun saat berhadapan dengan orang-orang yang merendahkanmu. Diremehkan memang merupakan pengalaman yang bikin sakit hati. Meski begitu tidak perlu dipikirkan dan  dimasukan ke dalam hati. Anggap hinaan dari orang-orang yang meremehkanmu sebagai “bahan bakar” untuk memotivasi diri dan melakukan sesuatu yang lebih hebat lagi.

Suatu saat saya berkali-kali dikerjain oleh salah satu Direktur Keuangan di kantor yang sengaja bikin saya tidak betah agar saya mengundurkan diri. Dia selalu melengos kalo melihat saya. Saya dibuatnya resah, tapi saya tidak peduli. Saya tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, menyapanya dengan sopan seolah tidak ada masalah. Saya yakin ulahnya itu akan mendorongnya untuk melakukan kesalahan lebih besar. Suatu kesalahan yang fatal. Dan hal itu terbukti.

Setelah satu tahun kenyang ngerjain saya, tiba-tiba dia tersandung kasus. Kebetulan saya ditugasi big boss untuk mengusut. Habislah karier dia karena hasil pengusutan saya tak bisa dia pungkiri. Dia yang tadinya jadi anak emas big boss akhirnya disingkirkan dengan kurang terhormat. Saya dapat promosi jabatan, Justru setelah dikerjain supaya tersingkir. Sejak itu dia berusaha baikan dengan saya, padahal saya tetap seperti kemarin-kemarin: selalu menyapa dan beri hormat sepantasnya seolah kami tak pernah ada masalah.

c. Mencuri Karya Cipta Berbuntut Tercuri Masa Depan

Berikut ini alkisah yang penulis ambil: Berkisar sepuluh tahun yang lalu. Hasil karya cipta saya dicuri kawan sejawat yang mengisi posisi jabatan yang saya tinggalkan karena undur diri. Software system yang saya buat sendiri sejak awal 1991 dia poles sedikit dengan ganti warna tampilan di layar lalu diakui sebagai karya asli si dia. Saksi-saksi ratusan orang di kantornya ngedumel dan mengutuk ulahnya.

Saya tahu dan saya marah, tapi saya diamkan. Saya sering ketemu dan bertegur sapa seolah tak ada masalah. Saya yakin ulahnya akan berbuntut kepada kesalahan yang lebih fatal. Dan hal itu kembali terbukti. Si dia nekad menjual software tersebut untuk dirinya sendiri, seakan karya ciptaannya. Kebetulan si calon pembeli adalah kawan lama saya yang tahu persis bahwa software tersebut buatan saya. Kawan lama tersebut jadi ingat kepada saya dan mencari tahu keberadaan saya. Begitu ketemu, saya dikontrak untuk update software dengan nilai tinggi. Alhamdulillah, pas lagi sepi order… datang rejeki tak terduga. Pas lagi terpuruk… datang kabar gembira. Dapur kembali ngebul. Justru setelah dikerjain.

Bulan berikutnya, si dia di-PHK dengan tidak hormat karena ketahuan menggelapkan uang kantor dan main mark-up dengan supplier. Tak lama kemudian terjadi pergantian direksi. Kebetulan big bossnya adalah kawan seperjuangan saya dulu. Saya pun dipanggil kembali untuk update software. Kedatangan saya disambut meriah oleh karyawan bak pahlawan pulang dari perang. Sungguh mengharukan.

Tak disangka, saya akan kembali berdinas di kantor lama… padahal sudah di-black-list selama 5 tahun dengan tuduhan macam-macam tanpa minta penjelasan dari saya. Come back-nya saya sekaligus menghapus semua fitnah. Salah satu kawan sejawat bilang, “Yang hak dan yang bathil akhirnya ketahuan juga.”

Puji syukur Tuhan, saya yang sedang berjuang memperbaiki reputasi dan nama baik akhirnya tercapai dengan cespleng. Justru setelah dikerjain.

Jadi khimah yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah, jangan sekali-kali kita mengambil yang bukan hak kita, termasuk dalam hal ini adalah ide atau gagasan. mari kita ciptakan kreasi dan inovasi kita sendiri baik dalam lingkungan kerja maupun masyarakat.

d. Orang-orang Besar, Orang-orang Sabar

Pernahkah anda melihat seseorang yang sedang marah? Bagaimanakah ekspresinya? Seseorang yang sedang marah bagaikan kobaran api yang menyala. Mukanya memerah, nafasnya tak teratur, matanya melotot, dan tentu emosinya tak terkontrol. Tahukah anda seseorang yang begitu mulia akhlaknya yang selalu terlihat sabar, bersikap tenang dan selalu memaafkan serta berbuat dengan lemah lembut kepada seseorang yang memancing nafsunya untuk marah? Ya. Beliau adalah Nabi Muhammad SAW kekasih Allah. Sungguh begitu indah akhlaknya, sungguh oke tingkat kecerdasan emosionalnya.

 Adakah seseorang sekarang ini yang bersifat layaknya beliau? Kita semua harus berusaha meneladani semua sifat beliau. Beliau tak pernah membalas jika ada seseorang yang punya rasa marah datang mencaci beliau. Malah berlaku sebaliknya, beliau memuliakannya. Sungguh luar biasa!
Ketika seseorang marah dirinya sedang dikuasai oleh iblis yang sedang merasuk dan siap untuk menghancurkan segalanya. Rasulullah pernah bersabda, "Bukanlah orang kuat yang mampu memenangkan dalam setiap pertarungan melainkan orang yang dapat menahan amarahnya". Disini beliau menghimbau betapa pentingnya sifat menahan marah dan itulah sekuat-kuatnya manusia.

Sifat marah itu sangat tidak baik dan itu menunjukan pribadi yang lemah dan tidak berkarisma. Akankah ada orang yang suka seseorang yang bersifat tempramen dan mudah marah? Akankah ada orang yang senang bergaul dengan orang yang selalu tersinggung apabila ada sedikit saja perkataan yang salah? Tentu tidak ada bukan?Jika kita ingin dikagumi banyak orang, jika kita ingin orang lain nyaman dengan kita, jika kita ingin menjalin hubungan yang sangat erat dengan orang lain maka hindarilah sikap pemarah. Milikilah pribadi yang sabar dan tenang dalam menghadapi tiap persoalan yang ada. Ada sebuah peribahasa "Jadilah seperti pohon mangga yang jika dilempari dengan batu tapi membalas dengan buah". Subhanallah begitu mulianya sifat sabar dan tenang itu.

Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang memiliki nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya. Bahkan, orang yang memiliki kesabaran yang tinggi, ia semakin kokoh dalam menghadapi segala macam masalah yang terjadi dalam kehidupan.

Ulama-ulama besar banyak sependapat bahwa kalau diibaratkan iman adalah tubuh maka sabar adalah kepala. Umat Islam tentu ingat bagaimana Rasulullah pernah saben hari diludahi dari loteng oleh seorang warga bila beliau jalan menuju masjid. Beliau tidak membalas. Dan akhirnya si peludah masuk Islam dan jadi umat yang shaleh. Bangsa Indonesia tak lupa sejarah Bung Karno yang dipenjara kesana-kemari. Hal itu dilaluinya dengan sabar, lalu jadi orang besar kelas dunia. Begitu juga Nelson Mandela dari Afrika Selatan yang dengan sabar berjuang meski di penjara selama 25 thn.

e. Doakan yang Baik-Baik Kepada yang Menzailimi

Terzalimi, rasa sakit hati, tidak menerima atas perlakukan orang lain terhadap kita, tidaklah perlu dijadikan sebagai beban hati yang begitu mendalam. Kita harus bersyukur dan berterima kasih terhadap orang yang telah menzalimi kita itu, karena inilah waktunya kita untuk menyampaikan keluh kesah serta harapan kita kepada Allah.

Saat kita terzalimi, janganlah berdoa untuk meminta satu kejahatan atau dosa sebagai balasan atas rasa sakit hati. Tidak dapat kita pungkiri ada sebagian orang, adat, atau kebiasaan orang di saat susah dan dilanda amarah mereka akan berdoa untuk kecelakaan/ kemudaratan dirinya sendiri atau bagi orang lain yang telah melukai perasaannya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah swt dalam firmannya:

Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana dia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. ( Al-Isra ayat (17) : 11)

Imam Al-Qurthubi berkata ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Abbas juga yang lainnya berkata, Itu adalah permohonan kemudaratan seorang laki-laki untuk dirinya sendiri atau anaknya ketika marah yang tidak pantas dikabulkan. Misalnya dia berkata : Ya Allah, binasakan dia, atau dengan kalimat lain. (Tafsir Al-Qurthubi : X/225.

Alangkah sangat baik, jika ketika kita sedang merasa terzalimi akan seseorang atau sesuatu hal, kemudian kita berdoa pada Allah. Menyampaikan semua yang kita rasakan, dan memohon ampunan atas orang lain yang menzalimi kita. Berdoalah pada-Nya dengan sepenuh hati dalam setiap salat kita. Doaka kebaikan atas diri kita sendiri, mulai dari kebaikan kehidupan kedepannya, kebaikan bersikap, kebaikan rezeki, kebaikan kesehatan, dan apapun itu. Dan ingat, janganlah sedikit pun membalas perlakuan orang yang telah menzalimi kita dengan doa yang buruk atas dirinya.

Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah bersabda: Janganlah kalian berdoa atas (mencelakai) diri kalian, jangan pula kalian berdoa atas(mencelakai) anak-anak kalian, jangan lah pula berdoa atas (mencelakai) pembantu-pembantu kalian, jangan pula berdoa atas(mencelakai )harta-harta kalian, barangkali ketika kalian berdoa itu bertepatan dengan saat mustajab, maka pastilah kalian akan diperkenankan. (HR. Abu Dawud)

Bukankah salah satu doa yang langsung diijabahkan Allah adalah doa-doa orang yang terzhalimi? Jadi, mengapa membuang waktu dan kesempatan dengan mendoakan keburukan atas orang lain, jika ini merupakan kesempatan kita berdoa yang Allah sendiri berjanji untuk mengabulkannya. Maka, bersyukurlah jika kita pernah atau mungkin saat ini sedang terzalimi.

Rasulullah, pada contoh kisah di atas, tidak ada upaya balas meludahi.  Beliau justru rajin mendoakan agar si peludah beserta anak keturunannya menjadi warga yang saleh dan terhormat. Bahkan beliau datang menjenguk ketika si peludah jatuh sakit. Beliau tidak mendoakannya agar celaka dan dihukum berat karena kurang ajar kepada nabi utusan Allah.

Beliau adalah orang besar dengan jiwa besar. Bukan politisi dan selebriti berjiwa kerdil: yang sedikit dicolek aja lalu membawa perkara ke pengadilan dengan dalil perbuatan yang tidak menyenangkanlah… dalil pencemaran nama baiklah… cengeng amat!

Dr. Aidh Al Qarni, pengarang La Tahzan yang populer itu, mengatakan bahwa perkara besar itu urusan kecil di mata orang yang berjiwa besar, dan perkara kecil itu urusan besar di mata orang yang berjiwa kerdil. Kita tahu bahwa kalau mau tiap hari ada saja hal-hal yang bisa diperkarakan. Kalau kita kebanjiran perkara tiada henti… lalu kapan hidup bahagia dan mencetak prestasi? Lalu kapan bisa menikmati hidup ini?

Sekali lagi…saya mengajak Anda untuk meningkatkan kesabaran, khususnya bagi Anda yang berjuang mengubah nasib, seperti yang pernah saya alami dulu, saat meniti karir dari nol besar jadi Office Boy tahun 1983. Jangan tergoda untuk membalas jika disakiti. Kita hanya perlu beri peringatan kepada yang menzalimi. Kalo dia curi ayam dari rumah Anda, apakah Anda balas curi ayamnya juga?

Saya ingatkan bahwa yang wajib kita penuhi adalah tanggung jawab kita. Sedangkan hak-hak kita tidak wajib diambil semua pada setiap saat. Bila perlu, disedekahkan kepada yang lain. Kesabaran diuji ketika hak-hak kita diambil orang. Dan jika kita mampu bertahan dengan kesabaran sambil terus mencetak prestasi dengan moralitas yang baik maka semua hak dan kemulian akan datang sendiri. Bahkan dengan cerita sukses yang jauh lebih dahsyat dari perkiraan kita.

f. Memaafkan dan Tuhan Mengampunimu

Memang betul memaafkan tidaklah semudah mengatakannya. Ketika orang lain menyakiti kita dengan perkataan atau perbuatannya, luka dalam hati kita tidak dapat sembuh begitu saja. Semakin dalam luka yang ditimbulkannya, semakin sulit memaafkan orang yang menyebabkannya. Namun tahukah Anda bahwa memaafkan adalah pintu kebahagiaan kita?

Saat kita menyimpan kemarahan terhadap orang lain, disadari atau tidak, rasa marah itu sedikit demi sedikit menggerogoti hati kita, memperdalam luka dan membebani kita dengan perasaan negatif terus-menerus. Padahal, orang yang menyakiti kita belum tentu mengingat kesalahan yang telah ia perbuat kepada kita atau merasakan penderitaan yang sama.

Menurut Dr. Frederic Luskin dalam bukunya “Forgive for Good”, memaafkan memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran, seperti percaya diri dan harapan serta mengurangi beban kemarahan, stres, dan penderitaan yang disebabkan olehnya. Secara fisik, kemarahan yang terpendam lama juga menyebabkan suhu tubuh meningkat dan mempersulit kita berpikir jernih. Belum lagi gangguan-gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke dan lain sebagainya.

Doa orang yang terzalimi dekat dengan dikabulkan oleh Allah. Kita pun memiliki hak untuk membalas orang yang menzalimi kita sesuai apa yang dilakukannya terhadap kita. Namun, sesungguhnya lebih banyak ketenangan dan kemuliaan bagi kita ketika kita mau memaafkan. Memaafkan dengan tulus, lebih dari sekedar kata-kata, memang seringkali terasa sangat berat, tapi kalau kita berhasil melakukannya, ia akan menyembuhkan kita, secara fisik dan jiwa. Hati kita akan terasa lebih ringan dan bahagia. Kita tidak lagi membawa-bawa perasaan negatif atau membiarkan kezaliman orang lain merusak kebahagiaan kita. Allah pun akan melimpahkan rahmat dan cinta-Nya serta mengangkat derajat kita.

Dalam Al-Qur’an dan hadis disebutkan:

Dan jika kamu melakukan pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, maka kesabaranmu itu lebih baik bagimu. Dan hendaklah kamu tabahkan hatimu, dan hendaklah ketabahan hatimu itu karena berpegang kepada Allah. Jangan pula kamu bersedih hati terhadap perbuatan mereka. Jangan pula kamu bersesak dada terhadap apa yang mereka rencanakan. (QS An Nahl : 126-127).

Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (QS. An-Nisa: 149).

Rasulullah saw. bersabda, “Maukah aku ceritakan kepadamu tentang sesuatu yang menyebabkan Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu?” Para sahabat menjawab, “Tentu.” Rasul bersabda, “Kamu bersikap sabar (hilm) kepada orang yang membencimu, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim denganmu.” (HR. Thabrani).

Bersabda Rasulullah saw.: “Ada tiga hal yang jika dimiliki seseorang, ia akan mendapatkan pemeliharaan dari Allah, akan dipenuhi dengan rahmat-Nya, dan Allah akan senantiasa memasukkannya dalam lingkungan hamba yang mendapatkan cinta-Nya, yaitu (1) seseorang yang selalu bersyukur manakala mendapat nikmat dari-Nya, (2) seseorang yang mampu meluapkan amarahnya tetapi mampu memberi maaf atas kesalahan orang, (3) seseorang yang apabila sedang marah, dia menghentikan marahnya.” (HR. Hakim).

Memaafkan tidak harus berarti melupakan, mengabaikan, atau membenarkan perbuatan orang lain yang menzalimi kita. Hanya saja, kita melepaskan perasaan negatif berkaitan dengan perbuatan tersebut, sehingga perbuatan itu tidak lagi melukai kita ketika kita mengingatnya. Allah swt. Maha Adil, segala kezaliman yang menimpa diri kita pasti akan mendapat balasan tanpa luput sedikit pun. Menyimpan dendam dan amarah hanya merugikan diri kita sendiri. Biarkan orang itu bertanggung jawab atas perbuatannya, baik di dunia maupun di akhirat, tanpa menyedot kebahagiaan kita atau merendahkan diri kita menjadi setara dengannya.

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS. Ash-Shura: 40).

Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah, karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (QS. Al-Jatsiyah: 14-15).

Jika pintu maaf terbuka lebar di dalam hati kita maka pintu ampunan dari Allah Yang Maha Besar terbuka lebih besar dan lebih luas lagi. Memaafkan kesalahan orang lain yang membawa kesejukan itu pada akhirnya akan sangat menyejukkan hati si pemaaf, sekaligus membawa berkah dan rejeki lahir batin yang melimpah ruah dan dari arah yang tak disangka-sangka sebagai ganjaran dari Allah SWT Yang Maha Pengasih Dan Maha Pemurah.
Hanya orang-orang sabar yang punya pintu maaf yang besar. Dan hanya orang besar yang tahu pentingnya sabar dan maaf. Saya sedang belajar seperti itu… Semoga bermanfaat.


EmoticonEmoticon

Diberdayakan oleh Blogger.