Minggu, 16 Juni 2019

Muhasabah dan Semangat Baru Pasca Ramadhan


Pendahuluan
Islam merupakan agama yang Rahmatan lil alamin. Penduduk Indonesia merupakan pemeluk agama terbesar di dunia. Setiap orang yang beragama Islam tentunya sudah mengetahui, bahwa rukun yang harus dijalankan dan dilaksanakan ada lima yaitu Syahadat (persaksian) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan  Haji ke Baitullah.
Rukun Islam yang keempat adalah berpuasa di bulan Ramadhan. Kita tentu sudah mendengar dan mengetahui bahwa bulan ramadhan merupakan bulan istimewa bagi orang-orang yang beriman (kalau dalam dunia bisnis bulan yang penuh dengan berbagai macam hadiah). Kenapa demikian? Karena dibulan ramadhan ini segala amalan yang kita laksanakan akan dilipatgandakan pahalanya, apabila memang ibadah yang dikita laksanakan penuh dengan keimanan dan perhitungan. 
Pada bulan Ramadhan biasanya orang-orang yang beriman berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan amal shaleh sebanyak mungkin, baik dalam tataran ibadah fardiyah yang terfokus pada aspek pembinaan kepribadian seperti sholat, puasa, tilawah Al-Qur’an, I’tikaf di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir ramadhan,  dll  maupun dalam tataran ibadah ijtimaiyah yang lebih mengedepankan nilai sosial dalam bentuk kepedulian terhadap sesama seperti zakat, shadaqah, memberi bukaan puasa dan hidangan sahur dan lain-lain merupakan sarana-sarana mewujudkan ketakwaan yang hakiki dalam bulan yang mulia ini. Tentu semua ini kita lakukan agar selama bulan ramadhan tersebut agar kita dapat menjadi orang-orang yang bertaqwa. Bulan ramadhan ini akan menjadi bulan madrasah pada kita karena pada bulan tersebut kita berusaha untuk menempa diri serta jiwa kita agar dapat terbentuk, terpola dan mengakar sehingga kegiatan-kegiatan tersebut menjadi terbiasa kita lakukan nantinya setelah selesai bulan ramadhan.

Renungan Pasca Ramadhan
Puasa Ramadhan pada tahun 1440 H ini telah kita laksanakan selama 30 hari lamanya, mulai dari  6 Mei sampai dengan 5 Juni 2019. Tentu bagi orang-orang yang beriman merasakan kesedihan yang mendalam ketika bulan suci ini telah berakhir. Kegelisahan tersebut juga dipicu karena merasa belum tentu di bulan ramadhan yang selanjutnya masih diberikan kesehatan dan kehidupan untuk menunaikan ibadah puasa dan amalan amalan lainnya. Mereka yang selalu mengharap ampunan dan ridho dari Allah Swt di akhir ramadhan akan senantiasa menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah seperti shalat sunnah, membaca Al-Quran, bermunajat kepada Allah.
Namun disisi lain, banyak juga orang yang merasa senang dan bahagia dengan berakhirnya ramadhan karena mereka merasa tersiksa dan terbebani dengan berpuasa.  Hal ini bisa kita saksikan pada beberapa hari terakhir bulan ramadhan, sudah ada yang disibukkan dengan aktivitas duniawi seperti menyiapkan pernak pernik keperluan lebaran, mulai aktivitas memasak kue yang beraneka ragam, pakaian baru dengan berbagai macam merk, kendaraan berkelas baik motor maupun mobil, merenovasi rumah sampai dengan dekorasinya yang lengkap bahkan terkesan dipaksakan karena ada juga yang sampai berhutang. Lantas apa kabarnya amalan yang dilakukan selama bulan ramadhan ini? Inilah fenomena dan fakta yang terjadi pada masyarakat secara umumnya yang sudah menjadi tradisi disetiap tahun ketika menyambut lebaran idul fitri.
Berdasarkan fenomena dan fakta tersebut muncul pertanyaan-pertanyaan seperti ini: Seberapa membekaskah Ramadhan 1440 H kemarin bagi dir dan jiwa kita? Apakah semua yang kita lakukan itu, bisa merubah hidup kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik atau sebaliknya? Apakah dengan satu bulan penuh kita berpuasa akan bisa membentengi untuk 11 bulan kedepan? Apakah ibadah-ibadah, amal kebaikan yang kita lakukan selama bulan Ramadhan itu bisa tetap kita pertahankan secara konsisten dan kontiniu baik secara kualitas ataupun kuantitasnya? Apakah gemericik keindahannya bisa tetap kita rasakan di bulan-bulan lainnya?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus kita renungkan bagi diri kita masing-masing setelah melewati bulan Ramadhan. Jangan sampai satu bulan yang kita kerjakan kemarin tak berdampak sedikitpun bagi kualitas perbaikan diri kita. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang merugi. Seperti apa yang dikatakan Rasulullah: “Orang-orang yang merugi adalah ia yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dan yang hari esoknya lebih buruk lagi dari hari ini“.
Tentu kita tidak mau menjadi orang-orang yang merugi, kita menginginkan agar kita tergolong orang-orang yang bertaqwa. Karena taqwa itulah satu-satunya bekal yang layak di bawa menghadap Allak Swt kelak. Sesungguhnya hanya taqwa saja pengukur prestasi dan ”standard” penilaian Allah swt terhadap hamba-hamba-Nya. Semakin tinggi tingkat ketaqwaannya, semakin mulia kedudukannya di sisi Allah swt. Maka marilah kita muhasabah prestasi diri masing-masing, sudah sejauh mana ia meningkatkan ketaqwaannya. Firman Allah swt yang bermaksud: ”Dan siapkanlah bekal kalian. Maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (Al Baqarah:197)
Pembuktian ketaqwaan dapat kita terjemahkan melalui ketaatan kita Allah Swt. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan indikator utama seorang muttaqin. Sikap taat merupakan refleksi iman dan taqwa seorang hamba. Hal ini ditegaskan Allah Swt dalam Al Quran: ” Sesungguhnya ucapan orang mukmin bila dipanggil kepada Allah dan RasulNya dalam memutuskan urusan mereka, adalah perkataan: ”Kami dengan dan kami taat”. Itulah orang-orang yang beruntung.” (An Nuur-51).

Bermuhasabah Pasca Ramadhan
Alhamdulillah kita telah melalui ramadhan 1440 H yaitu bulan yang penuh berkah, rahmat dan magfiroh. Bulan ramadhan telah meninggalkan kita bersama dengan hari-harinya yang indah dan malam-malam yang penuh dengan amalan kepada Allah Swt. Kita telah berpisah dengan bulan yang disebut juga dengan bulan Al-Qur’an, bulan yang penuh dengan ketaqwaan, bulan sebagai pengasah kesabaran, bulan yang memerlukan jihad, bulan kasih sayang, bulan ampunan, bulan yang dijadikan sebagai pelatihan dan bulan keselamatan dari api neraka. Tentunya apa yang sudah kita laksanakan dan kerjakan tersebut menjadi perhatian bagi kita sesudah ramadhan berlalu.
Dengan berakhirnya ramadhan tersebut, maka salah satu hal yang harus kita laksanakan adalah menjadikannya sebagai bahan renungan dan jugan bahan untuk bermuhasabah atau evaluasi diri demi mewujudkan tujuan ibadah puasa pada bulan ramadhan yaitu martabat taqwa. Muhasabah adalah perbuatan yang harus sering kita lakukan setiap saat, dengan tujuan agar bisa ditingkatkan lagi manakala masih ada kekurangannya demi mencapai peningkatan baik secara kuantitas maupun kualitasnya.
Hamka dalam tafsir Al-Azhar menyebutkan bahwa taqwa adalah memelihara, artinya memelihara hubungan baik dengan Allah Swt, memelihara diri dari perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah Swt. Jadi, evaluasi yang kita lakukan setelah berpuasa pada bulan ramadhan adalah masihkah kita dapat memelihara hubungan baik dengan Allah Swt?, masih kah kita mampu menjaga diri kita dari perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah Swt?.
Bagaimanakah cara yang bisa kita lakukan untuk mengevaluasinya sehingga dapat terukur? Maka yang menjadi fokus perhatian kita dalam melakukan evaluasi pasca ramadhan adalah dengan mengevaluasi konsistensi kita dalam menjalankan kegiatan-kegiatan amaliyah kita pada saat ramadhan. Di bulan ramadhan biasanya semangat kita untuk melaksanakan ibadah dan kegiatan-kegiatan sosial seperti berinfaq, sadaqah meningkat. Setelah ramadhan perlu kita evaluasi aktivitas-aktivitas tersebut, berikut ini beberapa indikatornya, seperti: apakah sekarang ini kita masih mendirikan shalat tahajjud tiap hari seperti pada bulan ramadhan yang setiap malam kita selalu mendirikan shalat tarawih; masihkah kita selalu membaca Al-Qur’an seperti pada bulan ramadhan; apakah saat ini kita menjalani kehidupan sehari-hari selalu disiplin seperti pada bulan ramadhan, kalau pada bulan ramadhan kita senantiasa bangun untuk sahur dan menyegerakan untuk berbuka puasa.
Selanjutnya apakah sekarang ini kita masih tetap menjalankan kewajiban agama kita seperti pada bulan ramadhan kemarin dimana kita sangat bersemangat sekali menunaikan ibadah fardhu dan juga tepat pada waktunya; apakah kita masih tetap menjaga kesabaran seperti di bulan ramadhan kemarin; apakah kita masih suka menolong antar sesama; dan apakah kita senantiasa berzikir dan berdoa kepada Allah Swt.
Menjawab indikator-indikator pertanyaan tersebut diatas sangat penting kita lakukan guna melakukan evaluasi terhadap follow-up selama bulan ramadhan. Kegiatan evaluasi ini sangatlah penting kita lakukan  guna untuk berupaya senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Bukankah orang yang senantiasa menjadikan hari ini sama dengan hari kemarin termasuk orang yang merugi?.


EmoticonEmoticon

Diberdayakan oleh Blogger.