Pendahuluan
Islam merupakan
agama yang Rahmatan lil alamin. Penduduk Indonesia merupakan pemeluk
agama terbesar di dunia. Setiap orang yang beragama Islam tentunya sudah
mengetahui, bahwa rukun yang harus dijalankan dan dilaksanakan ada lima yaitu Syahadat
(persaksian) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di
bulan ramadhan, dan Haji ke Baitullah.
Rukun Islam yang keempat adalah berpuasa di bulan
Ramadhan. Kita tentu sudah mendengar dan mengetahui bahwa bulan ramadhan
merupakan bulan istimewa bagi orang-orang yang beriman (kalau dalam dunia
bisnis bulan yang penuh dengan berbagai macam hadiah). Kenapa demikian? Karena
dibulan ramadhan ini segala amalan yang kita laksanakan akan dilipatgandakan
pahalanya, apabila memang ibadah yang dikita laksanakan penuh dengan keimanan
dan perhitungan.
Pada bulan Ramadhan biasanya
orang-orang yang beriman berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan amal
shaleh sebanyak mungkin, baik dalam tataran ibadah fardiyah yang terfokus pada
aspek pembinaan kepribadian seperti sholat, puasa, tilawah Al-Qur’an, I’tikaf
di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir ramadhan, dll maupun
dalam tataran ibadah ijtimaiyah yang lebih mengedepankan nilai sosial dalam bentuk
kepedulian terhadap sesama seperti zakat, shadaqah, memberi bukaan puasa dan
hidangan sahur dan lain-lain merupakan sarana-sarana mewujudkan ketakwaan yang
hakiki dalam bulan yang mulia ini. Tentu semua ini kita lakukan agar selama
bulan ramadhan tersebut agar kita dapat menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Bulan ramadhan ini akan menjadi bulan madrasah pada kita karena pada bulan
tersebut kita berusaha untuk menempa diri serta jiwa kita agar dapat terbentuk,
terpola dan mengakar sehingga kegiatan-kegiatan tersebut menjadi terbiasa kita
lakukan nantinya setelah selesai bulan ramadhan.
Renungan Pasca Ramadhan
Puasa Ramadhan pada tahun 1440 H ini telah
kita laksanakan selama 30 hari lamanya, mulai dari 6 Mei sampai dengan 5 Juni 2019. Tentu bagi orang-orang yang beriman merasakan
kesedihan yang mendalam ketika bulan suci ini telah berakhir. Kegelisahan
tersebut juga dipicu karena merasa
belum tentu di bulan ramadhan yang selanjutnya masih diberikan kesehatan dan
kehidupan untuk menunaikan ibadah puasa dan amalan amalan lainnya. Mereka yang
selalu mengharap ampunan dan ridho dari Allah Swt di akhir ramadhan akan
senantiasa menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah seperti shalat sunnah,
membaca Al-Quran, bermunajat kepada Allah.
Namun disisi
lain, banyak juga orang yang merasa senang dan bahagia dengan berakhirnya
ramadhan karena mereka merasa tersiksa dan terbebani dengan berpuasa. Hal ini bisa kita saksikan pada beberapa hari
terakhir bulan ramadhan, sudah ada yang disibukkan dengan aktivitas duniawi
seperti menyiapkan pernak pernik keperluan lebaran, mulai aktivitas memasak kue
yang beraneka ragam, pakaian baru dengan berbagai macam merk, kendaraan
berkelas baik motor maupun mobil, merenovasi rumah sampai dengan dekorasinya
yang lengkap bahkan terkesan dipaksakan karena ada juga yang sampai berhutang.
Lantas apa kabarnya amalan yang dilakukan selama bulan ramadhan ini? Inilah
fenomena dan fakta yang terjadi pada masyarakat secara umumnya yang sudah
menjadi tradisi disetiap tahun ketika menyambut lebaran idul fitri.
Berdasarkan
fenomena dan fakta tersebut muncul pertanyaan-pertanyaan seperti
ini: Seberapa membekaskah Ramadhan 1440 H kemarin bagi dir dan jiwa kita? Apakah semua yang kita lakukan itu, bisa merubah
hidup kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik atau sebaliknya? Apakah dengan satu bulan penuh
kita berpuasa akan
bisa membentengi
untuk 11 bulan kedepan? Apakah ibadah-ibadah, amal kebaikan yang kita lakukan selama bulan
Ramadhan itu bisa tetap kita pertahankan secara konsisten dan kontiniu baik secara kualitas ataupun kuantitasnya? Apakah
gemericik keindahannya bisa tetap kita rasakan di bulan-bulan lainnya?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus kita renungkan bagi diri kita masing-masing setelah melewati bulan Ramadhan. Jangan sampai satu bulan
yang kita kerjakan kemarin tak berdampak sedikitpun bagi kualitas perbaikan
diri kita. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang merugi. Seperti apa yang
dikatakan Rasulullah: “Orang-orang yang merugi adalah ia yang hari
ini lebih buruk dari hari kemarin dan yang hari esoknya lebih buruk lagi dari
hari ini“.
Tentu kita
tidak mau menjadi orang-orang yang merugi, kita menginginkan agar kita
tergolong orang-orang yang bertaqwa. Karena taqwa itulah satu-satunya bekal
yang layak di bawa menghadap Allak Swt kelak. Sesungguhnya hanya taqwa saja
pengukur prestasi dan ”standard” penilaian Allah swt terhadap hamba-hamba-Nya.
Semakin tinggi tingkat ketaqwaannya, semakin mulia kedudukannya di sisi Allah
swt. Maka marilah kita muhasabah prestasi diri masing-masing, sudah sejauh mana
ia meningkatkan ketaqwaannya. Firman Allah swt yang bermaksud: ”Dan siapkanlah
bekal kalian. Maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (Al
Baqarah:197)
Pembuktian
ketaqwaan dapat kita terjemahkan melalui ketaatan kita Allah Swt. Ketaatan
kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan indikator utama seorang muttaqin. Sikap
taat merupakan refleksi iman dan taqwa seorang hamba. Hal ini ditegaskan Allah Swt
dalam Al Quran: ” Sesungguhnya ucapan orang mukmin bila dipanggil kepada Allah
dan RasulNya dalam memutuskan urusan mereka, adalah perkataan: ”Kami dengan dan
kami taat”. Itulah orang-orang yang beruntung.” (An Nuur-51).
Bermuhasabah Pasca Ramadhan
Alhamdulillah kita telah melalui ramadhan
1440 H yaitu bulan yang penuh berkah, rahmat dan magfiroh. Bulan ramadhan telah
meninggalkan kita bersama dengan hari-harinya yang indah dan malam-malam yang
penuh dengan amalan kepada Allah Swt. Kita telah berpisah dengan bulan yang
disebut juga dengan bulan Al-Qur’an, bulan yang penuh dengan ketaqwaan, bulan
sebagai pengasah kesabaran, bulan yang memerlukan jihad, bulan kasih sayang,
bulan ampunan, bulan yang dijadikan sebagai pelatihan dan bulan keselamatan
dari api neraka. Tentunya apa yang sudah kita laksanakan dan kerjakan tersebut
menjadi perhatian bagi kita sesudah ramadhan berlalu.
Dengan berakhirnya ramadhan tersebut, maka
salah satu hal yang harus kita laksanakan adalah menjadikannya sebagai bahan
renungan dan jugan bahan untuk bermuhasabah atau evaluasi diri demi mewujudkan
tujuan ibadah puasa pada bulan ramadhan yaitu martabat taqwa. Muhasabah adalah
perbuatan yang harus sering kita lakukan setiap saat, dengan tujuan agar bisa
ditingkatkan lagi manakala masih ada kekurangannya demi mencapai peningkatan
baik secara kuantitas maupun kualitasnya.
Hamka dalam tafsir Al-Azhar menyebutkan
bahwa taqwa adalah memelihara, artinya memelihara hubungan baik dengan Allah
Swt, memelihara diri dari perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah Swt. Jadi,
evaluasi yang kita lakukan setelah berpuasa pada bulan ramadhan adalah masihkah
kita dapat memelihara hubungan baik dengan Allah Swt?, masih kah kita mampu
menjaga diri kita dari perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah Swt?.
Bagaimanakah cara yang bisa kita lakukan
untuk mengevaluasinya sehingga dapat terukur? Maka yang menjadi fokus perhatian
kita dalam melakukan evaluasi pasca ramadhan adalah dengan mengevaluasi
konsistensi kita dalam menjalankan kegiatan-kegiatan amaliyah kita pada saat
ramadhan. Di bulan ramadhan biasanya semangat kita untuk melaksanakan ibadah dan
kegiatan-kegiatan sosial seperti berinfaq, sadaqah meningkat. Setelah ramadhan
perlu kita evaluasi aktivitas-aktivitas tersebut, berikut ini beberapa
indikatornya, seperti: apakah sekarang ini kita masih mendirikan shalat
tahajjud tiap hari seperti pada bulan ramadhan yang setiap malam kita selalu
mendirikan shalat tarawih; masihkah kita selalu membaca Al-Qur’an seperti pada
bulan ramadhan; apakah saat ini kita menjalani kehidupan sehari-hari selalu
disiplin seperti pada bulan ramadhan, kalau pada bulan ramadhan kita senantiasa
bangun untuk sahur dan menyegerakan untuk berbuka puasa.
Selanjutnya apakah sekarang ini kita masih
tetap menjalankan kewajiban agama kita seperti pada bulan ramadhan kemarin
dimana kita sangat bersemangat sekali menunaikan ibadah fardhu dan juga tepat
pada waktunya; apakah kita masih tetap menjaga kesabaran seperti di bulan
ramadhan kemarin; apakah kita masih suka menolong antar sesama; dan apakah kita
senantiasa berzikir dan berdoa kepada Allah Swt.
Menjawab indikator-indikator pertanyaan
tersebut diatas sangat penting kita lakukan guna melakukan evaluasi terhadap
follow-up selama bulan ramadhan. Kegiatan evaluasi ini sangatlah penting kita
lakukan guna untuk berupaya senantiasa
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Bukankah orang yang senantiasa menjadikan hari ini
sama dengan hari kemarin termasuk orang yang merugi?.
EmoticonEmoticon